Minggu, 28 Desember 2008

MENULIS NASKAH LAKON

MENULIS NASKAH LAKON

Naskah lakon dalam produksi teater adalah prosa dalam bentuk cerita bersetting dan teknis yang lengkap/detail. Di dalamnya, di samping memuat cerita itu sendiri, juga berisi segala detail dialog, casting, blocking, gerak (ekspresi), setting panggung, musik serta kostum dan make up. Naskah adalah pegangan semua pendukung produksi teater untuk diadakannya sebuah pementasan. Dalam teater, sebuah naskah yang baik adalah naskah yang indah dibaca dan juga layak atau bisa di pentaskan, karena terkadang ada juga naskah yang sangat indah di baca namun sulit di wujudkan di atas panggung (karena sulitnya setting atau hal lainnya).
Dalam produksi teater, umumnya sebuah naskah sebelum di angkat dalam pementasan, dibawa dalam forum diskusi un tuk di uji tingkat kelayakan dan menyamakan persepsi tentang tema yang di usung. Jadi naskah sebenarnya adalah cerminan semua orang yang terlibat dalam proses produksi teater.
Membuat naskah memang tidak mudah. Perlu pengetahuan luas tentang bahasa, teknis teater, dan tema yang di garap. Selain itu perlu rasa seni yang tinggi dan jam terbang yang cukup dalam sebuah proses produksi teater. Namun bukan berarti seorang pemula tidak bisa membuat sebuah naskah, karena naskah lakon adalah tetap sebuah karya seni yang tidak bisa di ukur atau di hitung secara ekonomis dan matematis untuk menilai keindahannya, tapi selera seni yang memperhitungkannya.

Hal pertama yang harus dilakukan ketika memulai membuat naskah lakon adalah menentukan tema. Apa yang hendak disampaikan diringkas dalam sebuah tema singkat. Itu adalah pegangan kita dalam mengembangkan naskah supaya kita tidak keluar dari ide awal.
Contoh: ketika kita mau mengungkapkan bahwa kita prihatin dengan nasib korban Lumpur lapindo yang terlunta-lunta, maka kita memilih tema : Korban Lumpur Lapindo. Singkat saja tema yang kita bikin, supaya mudah di ingat.

Hal kedua adalah jenis pertunjukan apa yang kita pilih sebagai medium penyampaian tema yang kita pilih. Drama satire, tragedy, realis, absurd, musical, monolog atau eksperimental. Pemilihan jenis pertunjukan ini juga berpengaruh pada penulisan naskah nantinya.
Contoh : ketika kita memilih drama tragedi, maka gaya penulisan kita cenderung muram, setting dan musik gelap, dan klimaks naskah adalah tragis.

MEMBANGUN SKENARIO AWAL

Bagaimana Mencari Ide?
Semua naskah yang pernah dibuat adalah fiktif alias cerita karangan atau fiksi. Meskipun mungkin terinspirasi sebuah kejadian nyata, tetap saja ramuan yang kita buat adalah karangan atau fiksi. Jadi semua berawal pada ide. Tanpa sebuah ide, maka tidak ada yang akan kita sampaikan.
Seringkali kita melihat film-film yang idenya itu-itu saja. Memang benar sulit sekali sekarang ini mencari ide yang benar-benar orisinal, tapi itu adalah tantangan bagi kita untuk meramu ide-ide yang sudah ada menjadi cerita baru. Sebagai contoh, banyak lagu dari Slank dan Kris Dayanti bertema sama, yaitu cinta. Tapi masing-masing membungkusnya dengan kemasan dan gaya yang berbeda sehingga hasilnya juga berbeda.
Ide terkadang datang dengan sendirinya, tetapi seringkali kita merasa ingin menulis tapi tidak punya ide. Bagaimana kita mencari ide?

Diri Sendiri atau Sekitar Kita
Sebetulnya ide cerita ada di sekitar kita dan menunggu dipetik, kitalah yang harus peka dan jeli. “tulislah apa yang kamu ketahui” adalah mantera untuk penulis pemula. Apa yang paling kita ketahui? Tentu saja diri kita sendiri! Maka tulislah diri anda sendiri!
Kita bisa mengali ingatan beberapa jam yang lalu atau beberapa hari yang lalu atau beberapa bulan yang lalu tentang apa yang terjadi pada diri kita. Mungkin ada sesuatu yang istimewa, menarik atau unik untuk di tulis. Mungkin kita bermimpi buruk waktu tidur, atau kita pernah bertemu tuyul, atau kita pernah menjadi ketua osis.
Ingat-ingat pula di sekitar kita, mungkin kita punya tetangga pelit yang jahat, atau setiap pagi ada tukang bubur ayam lewat depan rumah, atau keluarga kita mendapat undian berhadiah. Film While You Where Sleeping ide dasarnya adalah seorang tukang karcis yang jatuh cinta kepada salah satu pelanggannya, sederhana bukan?
Ketika kita belum terbiasa menulis, kita bisa meminjam nama-nama teman atau orang di sekitar kita, sehingga kita tidak susah-susah menciptakan sebuah karakter baru.

Buku
Buku adalah sumber ide yang tak akan habis. Bagi orang Kristen, alkitab adalah sumber ide tiada tara, jadi kenapa kita tidak mengambil saja dari alkitab? Film Passion of the Christ garapan Mel Gibson sukses besar dan ide nya jelas-jelas dari alkitab. Film Ayat-ayat cinta adalah contoh film Religius dengan setting budaya Islam yang cukup sukses, adalah dari novel dengan judul yang sama. Banyak lagi naskah-naskah lakon yang terinspirasi dari buku.

Inspirasi
Inspirasi beda dengan menjiplak. Seorang penulis kadang mendapat inspirasi dari cerita yang sudah ada untuk membuat cerita baru yang berbeda. Kalau kita pernah tahu film Maid in Manhattan, jelas-jelas menggunakan konsep Cinderella dalam setiap scenenya. Namun jelas beda dalam penyajiannya sehingga enak di lihat.
Ada beberapa pendekatan untuk membuat inspirasi menjadi sebuah cerita yang menarik dan membawa pesan-pesan baru. Sebagai contoh dengan menambahkan beberapa konflik baru, mengubah penokohannya, atau menambah nsure dramatiknya. Apabila anda rajin menonton film atau pertunjukan dengan cermat, maka anda akan banyak inspirasi untuk di tulis.

Koran
Apabila kita merasa kehidupan kita biasa-biasa saja, kita tidak rajin membaca alkitab dan tidak suka menonton film, maka kita bisa mendapat ide dari Koran. Hampir semua orang membaca Koran. Satu halaman Koran memuat 4-7 artikel. Satu edisi Koran terdiri dari 12 halaman atau bahkan lebih. Maka setiap hari kita akan mendapat 48 ide cerita!
Koran memuat banyak topik, kita bisa memilih salah satunya. Bisa politik, ekonomi, olah raga atau kriminal. Film seperti Spy Game atau Behind Enemy Lines terinspirasi dari berita politik. Cerita drama seperti Wallstreet atau Working Girl terinspirasi dari berita ekonomi.

Riset
Setelah ide di dapat dan cerita mulai terbentuk, langkah selanjutnya adalah riset tentang cerita dan karakter. Riset ini perlu untuk memudahkan kita mengembangkan cerita yang akan kita tulis. Cerita kita memang fiksi, namun pasti ada unsur-unsur yang non fiksi. Misalnya, pekerjaan karakter, sifat-sifat dasar karakter dll. Cerita kita akan mempunyai kredibilitas tinggi apabila penonton bisa mengidentifikasi cerita kita dalam kehidupan sehari-hari.
Riset ini bisa dimulai dari karakter tokoh, siapa dia? Bagaimana latar belakang kehidupannya? Apa pekerjaannya? Bagaimana pendidikannya? Dll. Baru kemudian kita reka-reka kejadian apa yang dialaminya dan konflik apa yang akan di temuinya.
Sebuah cerita fiksi tidak perlu di buat persis dengan kenyataan, kita boleh memasukan unsure khayalan atau creative lisence sebagai bumbu untuk membuat cerita menjadi menarik. Yang penting creative lisence tersebut tidak menyimpang dan menggangu jalan cerita.
Riset akan membantu kita mengetahui unsur nyata dari sebuah cerita. Inilah perlunya melakukan riset. Semakin banyak kita tahu sebuah peristiwa, maka kita dapat meletakkan tokoh-tokoh kita dalam situasi dan konflik yang menarik dan tepat. Semakin dalam kita tahu karakter tokoh kita, maka kita dapat mengantisipasi tindakan dan reaksinya terhadap situasi tertentu sehingga cerita bisa mengalir wajar.

STRUKTUR CERITA

Sebuah scenario sebenarnya adalah sebuah cerita yang telah ditata dan dipersiapkan menjadi naskah jadi yang siap di produksi. Penataan dilakukan dengan membuat struktur cerita dengan format-format standar. Dalam struktur, kita bisa mempelajari berbagai hal, seprti inti cerita, plot, dan struktur drama yang dibagi dalam beberapa babak. Pembagian dilakukan secara rapi supaya memudahkan eksekusi di lakukan.
Seorang penulis naskah harus mampu menerjemahkan setiap kata yang dihasilkannya menjadi gambar visual yang akan dieksekusi diatas panggung. Contohnya, apabila kita menulis adegan di rumah sakit, maka gambar visual kita tentang rumah sakit harus jelas seperti apa.

Inti Cerita
Inti cerita atau premise akan menjadi dasar dalam membentuk plot cerita (plotline). Premise Cinderella adalah seorang tertindas yang mendambakan kehidupan bebas dan bahagia. Sementara, premise Meteor Garden adalah seseorang yang lemah menetang kelompok yang berkuasa. Ringkaskan cerita yang akan kita buat dalam sebuah kalimat pendek. Ini adalah inti cerita yang akan menjadi dasar kita membentuk plot cerita. Ketika plot terbentuk, maka plot ini akan mampu menjawab inti cerita anda.
Ketika premise di dapat, mulailah menyusun ceritanya. Pikirkanlah apa tujuan karakter utama kita? apa hambatannya? dan bagaimana cara karakter kita menyelesaikan masalah tersebut? siapa yang membantu? Siapa yang menyulitkannya? Apakah masalah akan berakhir gembira atau sedih? Jangan paksakan cerita berakhir gembira bila akhir sedih lebih wajar, demikian pula sebaliknya. Apabila cerita Cinderella berakhir sedih akan terasa janggal mengingat yang mencarinya adalah pangeran dari sebuah kerajaan.

Plot
Plot adalah jalan cerita atau alur cerita dari awal, tengah, dan akhir. Akan lebih baik apabila kita mengetahui plotnya sebelum menulis naskah. Kita sudah tahu kemana tujuan cerita kita, apa masalahnya, dan bagaimana solusinya. Bila tidak, maka kita bisa kehilangan ide menyambung cerita.
Struktur plotline yang diawali dengan konflik, komplikasi, dan resolusinya biasa disebut dengan struktur drama tiga babak. Struktur ini adalah struktur dasar dalam membangun cerita, jadi bukan resep sukses naskah kita. Semua tergantung pengembangan naskah kita nanti. Struktur ini terbagi atas :
1. babak 1 – awal permulaan konflik
2. babak 2 – tengah atau komplikasi masalah
3. babak 3 – akhir resolusi masalah
Plotline ini masih dapat di kembangkan lagi, konfliknya diberi detail dan karakternya bisa dikembangkan atau di tambah. Dalam pengembangan cerita lebih lanjut, ada baiknya kita juga mengembangkan karakter-karakter pendukung untuk memberi ide bagaimana cerita berlanjut. Dengan struktur tiga babak ini kita tidak terpaku hanya dengan satu plotline.

1. Awal – Konflik
Dimulai dengan pengenalan tokoh dan dunianya. Bisa juga di mulai pengenalan tokoh-tokoh lain serta situasi yang sedang terjadi. Kita harus pandai mengatur porsi pada babak ini, supaya pengenalan ini tidak melebar kemana-mana.

2. Tengah – Komplikasi, resolusi sementara
Konflik tokoh utama semakin rumit. Banyak masalah atau masalah yang dalam. Seringkali resolusi datang sebagai deux et machina atau kejutan atau sesuatu yang ajaib (uluran tangan Tuhan). Namun, Aristoteles dalam Poetics mengatakan, untuk membuat naskah lakon yang bagus, sebaiknya jangan memakai resolusi demikian. Pakailah resolusi natural yang tumbuh dari karakter atau jalan cerita.

2. Akhir – Resolusi masalah utama
Klimaks atau ending dari semua masalah yang ada. Semua karakter bertemu dalam masalah-masalah yang timbul, sehingga semua solusi bertemu.
Salah satu film yang sukses memakai konsep ini adalah Ada Apa Dengan Cinta.

Sekali lagi, konsep plotline ini adalah standar yang biasanya digunakan. Diluar ini ada banyak konsep pengembangannya. Ada banyak yang menyimpang, atau bahkan sama sekali keluar dari konsep tiga babak. Semua tergantung kembali dari kreativitas penulis dan selera seninya.




MEMBENTUK KARAKTER

Sewaktu meriset cerita, kita telah melakukan riset awal karakter. Sekarang cerita telah solid terbentuk, ada baiknya kita melihat lagi ke karakter dan mengembangkannya lebih lanjut, agar karakter lebih menarik dan cerita lebih hidup. Bagaimana kita mengolah karakter akan berdampak pada kepada cerita. Tokoh-tokoh akan lebih menarik apabila mempunyai karakter tiga dimensi. Karakter tiga dimensi adalah karakter yang menyerupai seseorang yang kita kenal, tetapi lebih bagus karena dia fiksi. Tokoh jahat mempunyai setitik nilai baik dan tokoh baik mempunyai setitik nilai jahat.
Bagaimana membentuk karakter tiga dimensi? Berikut ini ada sederet pertanyaan efektif untuk membentuk karakter.
1. nama
2. jenis kelamin
3. umur
4. cita-cita
5. tampang/wajah
6. masa kecil; hubungan dgn keluarga, org lain, gaya hidup semasa kecil, dimana dia tinggal
7. latar belakang pendidikan
8. hubungan saat ini dengan keluarga dan orang lain
9. status
10. agama dan kepercayaannya
11. pekerjaan
12. lingkungan pekerjaan dan situasinya
13. filosofi hidup
14. kepribadian karakter
15. apa yang membuat karakter bangga?
16. Apa yang membuat karakter malu
17. Kesehatan
18. IQ
19. Hubungan dengan karakter lain
20. Tujuan atau keinginan karakter
21. Latar belakang tujuan karakter
22. Siapa atau apa yang menghalanginya? Mengapa?
23. Kekuatan atau kelebihan karakter
Sederet pertanyaan diatas mempermudah kita membentuk karakter.

DIALOG

Cara berbicara adalah cerminan atau indikasi karakter. Oleh karena itu, dalam membuat dialog kita perlu ingat asal karakter kita. Karena dialog adalah aspek penting dalam naskah lakon, maka ada beberapa pertanyaan penting sebagai pedoman mengolah dialog karakter
1. apakah karakter pandai bicara?
2. Apakah karakter mempunyai logat tertentu
3. Gaya bahasa yang dipakai
Agar dialog menjadi wajar dan natural, kita harus tahu kosakata yang biasa dipakai oleh orang-orang seperti karakter kita. Setiap suku di indonesia mempunyai kosakata dan logat berbeda. Bahkan laki-laki dan perempuan mempunyai kebiasaan bicara berbeda. Laki-laki cenderung memakai kalimat pendek dan langsung menuju sasaran. Perempuan cenderung memakai kata yang panjang lebar dan relatif jarang memakai kata kasar.
Untuk hasil yang maksimal, kita bisa melakukan riset dimana tempat karakter biasanya tinggal. Sebagai seorang penulis naskah, kita harus membiasakan diri mendengar dan mencermati gaya bahasa orang lain dimanapun kita berada. Juga melihat bahasa tubuh dan ekspresi orang lain. Kalau memang bisa, buatlah kalimat yang pendek dalam dialog.
Dengan seringnya kita berlatih mendengarkan kan melihat orang lain bercakap-cakap, akan memperkaya perbendaharaan kita dalam menyiapkan dialog-dialog untuk naskah yang kita buat.
Dialog yang baik adalah dialog yang cerdas yang bisa menggambarkan dengan tepat karakter setiap tokoh melalui dialog tersebut. Umpamanya seorang dokter akan berbicara tak lepas dari dunia kedokteran dan istilahnya.

MENULIS SKENARIO

Setelah melakukan riset, kadangkala banyak ide yang bermunculan. Ada baiknya sebelum kita menulis cerita dalam bentuk skenario jadi, kita renungkan dulu bagaimana kita akan menyusun alur cerita. Tujuannya agar proses menulis naskah lancar, tiap scene terencana dan cerita tidak keluar dari plot dan tema.

Sinopsis
Buatlah sinopsis (ringkasan cerita) sebagai pegangan kita menulis cerita. Sinopsis adalah ringkasan cerita yang mencakup plot besar (mayor plot) dalam naskah. Sinopsis menjelaskan jalan cerita dari awal, tengah, dan akhir

Outline – Menyusun Urutan Adegan atau Scene
Setelah mantap dengan cerita, buatlah outline. Outline beda dengan sinopsis. Apabila sinopsis menceritakan jalan cerita dengan singkat, maka outline menjabarkan cerita secara detail, scene per scene. Cara nya adalah memecah cerita menjadi bagian-bagian scene, lengkap dengan detail teknisnya (setting, gerak, bloking dll).
Setelah outline tersusun, teliti ulang outline tersebut. Seringkali ada scene yang perlu di potong atau di tambah atau malah dihilangkan.

ELEMEN-ELEMEN STANDAR NASKAH

Action
Action (aksi) menerangkan aktivitas yang terjadi pada tiap scene yang melingkupi masalah fisik dan psikologis karakter, lingkungan atau suasana yang dibangun dengan pencahayaan atau musik pengiring.




Karakter
Karakter adalah pemain yang melakukan dialog dalam scene, biasanya di tulis dalam huruf besar. Karakter bisa berupa manusia, hewan, atau benda lain dengan catatan dialog tetap memakai bahasa manusia. Secara garis besar ada beberapa pembagian karakter.
1. karakter protagonis
karakter ini sering di sebut tokoh utama. Umumnya mewakili sisi kebaikan.
2. karakter sidekick
karakter ini berpasangan dengan tokoh utama. Tugasnya membantu tokoh utama menjalankan tugas. Biasanya bertindak sebagai teman, penjaga atau guru.
3. karakter antagonis
karakter ini selalu bertentangan dengan tokoh utama. Umumnya di lambangkan dengan sisi jahat.
4. karakter kontagonis
karakter yang membantu karakter antagonis
5. karakter skeptis
sesuai namanya, tokoh ini cuek dengan tokoh utama. Walaupun bukan musuh, seringkali menghambat tugas tokoh utama.

Selain lima karakter diatas, bisa digali lagi karakter-karakter lain dengan tugas dan motivasi berbeda untuk memperkaya naskah. Namun, dengan hanya lima karakter diatas, kita sudah bisa menciptakan konflik yang berbeda-beda.

Parenthetical
Parenthetical adalah petunjuk aksi yang harus dilaksanakan sang karakter dalam mengucapkan dialog dalam waktu bersamaan. Parenthetical dapat pula mengambarkan mood yang dibawakan saat dialog. Umumnya di tulis dalam tanda kurung.

Dialog
Dialog menggambarkan berbagai ucapan yang disampaikan karakter. Dialog menggambarkan logika berpikir dan berinteraksi karakter.

TIP DAN TRIK MENULIS NASKAH

Sekali lagi perlu di ingat bahwa naskah adalah prosa tulisan, dan kita akan memproduksinya dalam bentuk visual dan audio. Jadi dalam penulisan naskah kita tetap berpegangan pada pedoman eksekusi di panggung.

Interaksi Antar Karakter
Sebuah cerita terjadi karena ada pergerakan dan interaksi antar karakter yang mendukung cerita tersebut. Dalam menulis naskah, interaksi antar karakter di wujudkan dalam berbagai hal, seperti dialog dan visualisasi bahasa tubuh. Dialog antar karakter menempati porsi terbesar. Dialog menggambarkan berbagai keadaan dan situasi tokoh dan lingkungannya.

Interaksi antar karakter dapat menghasilkan berbagai macam keadaan, seperti konflik, problem, dukungan, aksi-interaksi atau keterkaitan. Untuk menjalankan sebuah naskah, setiap karakter harus mempunyai tiga aspek utama, antara lain :
1. Motivasi : adalah latar belakang yang memberikan motif bagi karakter untuk melekukan aksi. Ada dua macam motivasi, yaitu motivasi negatif, motivasi yang buruk. Satu lagi adalah motivasi positif, yaitu motivasi yang baik.
2. Interaksi : tercipta karena komunikasi timbal balik karakter antara lingkungan dan karakter lainnya.
3. Tujuan : ada tujuan tertentu dalam setiap karakter. Tujuan karakter bisa berupa kemenangan, pengorbanan, dan pemecahan masalah.

Konflik Antar Karakter
Konflik antar karakter dipicu oleh emosi dan kepentingan karakter. Konflik utama tetap ada pada tokoh utama, namun bisa ditambahkan konflik karakter tambahan untuk memperkaya cerita.

Mental Karakter
Dibagi menjadi dua bagian besar, Male dan Female. Sebenarnya bukan masalah gender, tapi masalah psikologi. Mental Perempuan (Female) mewakili perasaan-perasaan defensive, takut, sedih, cemas, sensitive dan yang berhubungan dengan hati kecil. Mental Lelaki (Male) berhubungan dengan masalah ofensif, pemberani, logika, berhitung, penakluk dan berbagai sifat logis.

Demikian sedikit penjelasan tentang bagaimana menulis naskah lakon. Tulisan diatas adalah teori yang bisa dilakukan untuk memulai menulis naskah lakon. Namun tidak semua naskah lakon menganut teori dasar penulisan tersebut. Sekali lagi naskah lakon adalah suatu karya sastra yang adalah karya seni, dan karya seni bukanlah hitungan matematis dan ekonomis. Karya naskah lakon bisa ditulis dalam bentuk apapun dan di eksekusi dalam bentuk apapun selama nilai seninya tidak berkurang.


Selamat berkarya.

Tidak ada komentar:

        W a h i d H i d a y a t

SALAM

Salam Manis, Salam damai, dan kecup segi tiga....
pilihan yang paling bijak dalam mengarungi hidup adalah membuka diri menerima insan lain mengenal dan dikenal, sebab tak ada pilihan, tak ada harapan, tak ada kehangatan, tanpa ada sosok lain dalam hidup kita. bagi teman-teman yang ingin dekat, berpetualang, dan menemukan kisah baru dalam hidup.... memasuki blog saya, i2 adalahpilihan tepat....
Nama saya WAHID HIDAYAT RANI ARIFIN, lahir di Bantaeng pada tanggal 12 April 1980, anak pertama dari dua bersaudara, hoby saya melukis, menulis dan membaca puisi, serta nonton film. aktivitas keseharian sebagai tenaga pengajar di SMA Negeri 1 Bantaeng dan mengajarkan mata pelajaran Seni Peran.

AKU

AKU
jangan pandang aku dengan mata seblahmu

PUISI

Sekuntum bunga yang telah menghiasi sebuah Pot berukiran lilitan batik, memberikan sebuah suasana baru bagi kehidupan baru. Mekarnya kembang yang telah lama kuncup memberikan sebuah kejutan bagi perasaan gunda. Namun, semuanya hanya deretan batu cadas tak bersemaikan hijau yang ada hanya kegersangan. Seperti genangan air yang menanti anak sungai. Seperti ilalang yang tumbuh tanpa tahu siapa yang menginginkannya. Seperti murai yang hanya bisa berkicau tanpa tahu esok bisakah dia kembali berkicau. Seperti halnya Sang Penguasa yang tak tahu untuk apa dia berkuasa. Seperti Tanya yang menyelimuti kediaman jiwaku Akankah engkau bisa menjadi embunku disaat fajar kembali tersenyum Segala wangi telah kucoba tebarkan pada sela-sela dinding keabadian Akankah ada orang yang mau mengerti tantang keabadian dikemudian hari dengan cerita tentang engkau dan aku. Angan yang terhempas membisu tidak bisa berucap apa-apa Semua terdiam membisu Kembali hanya pusaran angin yang tak tahu akan berhembus kemana Bukanlah sebuah istana yang megah jika tak sekuntum bunga pun yang bisa merangkai diri pada mahkota yang melilit, yang suatu saat nanti menjadi sebuah kastil yang tak meninggalkan apa-apa. Silakan berucap tentang cerita antara aku dan engkau dalam impian pada malam terakhir dan kurangkai bunga pada detik-detik kau berucap ya!.