Rabu, 26 November 2008

MENCINTAI APA ADANYA ATAU MENCINTAI DENGAN BUTA??

Banyak orang yang berbeda dalam mengartikan dan menyikapi cinta.kadang seseorang mengatakan sedang merasakan cinta sejati sehingga tak ada lagi yang dinilainya lebih sempurna selalu memahami orang yang dicintainya dan selalu melihat sisi terbaiknya

Saat seseorang mencitai dengan begitu dalamnya kemungkinan besar dia akan berusaha memahami kekurangan pasangannya namun terkadang ada juga seseorang yang mencitai dengan berlebihan dengan menganggap pasangannya sangat sempurna,selalu bisa memaafkan seberapapun besar kesalahan orang yang disayanginya. apakah itu mencintai apa adanya atau mencintai dengan buta? saat ada orang yang lebih baik namun tak juga berpaling darinya apakah itu berarti mencitai apa adanya atau mencitai dengan buta?

Sampai sejauh mana kita bisa mencintai apa adanya tanpa harus membutakan mata? Apakah mungkin seseorang mencintai apa adanya tanpa menjadi buta? Ataukah mencintai secara buta berarti juga mencintai apa adanya?Apakah sebenarnya yang dimaksud cinta?Bagaimanakah seharusnya kita menyikapi cinta?

Tidak ada komentar:

        W a h i d H i d a y a t

SALAM

Salam Manis, Salam damai, dan kecup segi tiga....
pilihan yang paling bijak dalam mengarungi hidup adalah membuka diri menerima insan lain mengenal dan dikenal, sebab tak ada pilihan, tak ada harapan, tak ada kehangatan, tanpa ada sosok lain dalam hidup kita. bagi teman-teman yang ingin dekat, berpetualang, dan menemukan kisah baru dalam hidup.... memasuki blog saya, i2 adalahpilihan tepat....
Nama saya WAHID HIDAYAT RANI ARIFIN, lahir di Bantaeng pada tanggal 12 April 1980, anak pertama dari dua bersaudara, hoby saya melukis, menulis dan membaca puisi, serta nonton film. aktivitas keseharian sebagai tenaga pengajar di SMA Negeri 1 Bantaeng dan mengajarkan mata pelajaran Seni Peran.

AKU

AKU
jangan pandang aku dengan mata seblahmu

PUISI

Sekuntum bunga yang telah menghiasi sebuah Pot berukiran lilitan batik, memberikan sebuah suasana baru bagi kehidupan baru. Mekarnya kembang yang telah lama kuncup memberikan sebuah kejutan bagi perasaan gunda. Namun, semuanya hanya deretan batu cadas tak bersemaikan hijau yang ada hanya kegersangan. Seperti genangan air yang menanti anak sungai. Seperti ilalang yang tumbuh tanpa tahu siapa yang menginginkannya. Seperti murai yang hanya bisa berkicau tanpa tahu esok bisakah dia kembali berkicau. Seperti halnya Sang Penguasa yang tak tahu untuk apa dia berkuasa. Seperti Tanya yang menyelimuti kediaman jiwaku Akankah engkau bisa menjadi embunku disaat fajar kembali tersenyum Segala wangi telah kucoba tebarkan pada sela-sela dinding keabadian Akankah ada orang yang mau mengerti tantang keabadian dikemudian hari dengan cerita tentang engkau dan aku. Angan yang terhempas membisu tidak bisa berucap apa-apa Semua terdiam membisu Kembali hanya pusaran angin yang tak tahu akan berhembus kemana Bukanlah sebuah istana yang megah jika tak sekuntum bunga pun yang bisa merangkai diri pada mahkota yang melilit, yang suatu saat nanti menjadi sebuah kastil yang tak meninggalkan apa-apa. Silakan berucap tentang cerita antara aku dan engkau dalam impian pada malam terakhir dan kurangkai bunga pada detik-detik kau berucap ya!.